Puisi – Sang Penyemangat Jihad | Karya Putra-Putri Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq

Masih teringat jelas

berat suara nafasmu

perlahan,

tertahan,

beradu dengan langkah sayupmu

kala kau pulang pukul 03.47

kemudian disusul dengan suara asing dari channel TV kesukaanmu

atau suara bisikan bibirmu mengucap, kala kau membaca buku

atau tawa lepasmu yang menyusul tepat beberapa menit, setelah suara telfonmu mendayu…

 

Masih teringat jelas, Ayah…

kelembutan sekaligus lelah yang tertahan dan terpaksa terpancar disorot matamu

kala kami pagi hendak berangkat sekolah,

pelukan hangatmu yang seolah tidak risih akan gerak – gerik kami yang membangunkanmu dari lelapmu yang baru…

serta kecupan manismu dikening kami yang seolah membayar segala rindu yang memang telah tertahan, sejak kemarin – kemarin…

 

Segalanya masih teringat jelas, Ayah

jelas betul dalam ingatan kami..

tak peduli, bahwa segalanya kini diperantarai oleh selembar dua lembar kertas surat…

dan terkadang, tanpa tersentuh indra kehangatanmu sama sekali..

segalanya, masih teringat jelas…

 

Kemudian malam itu,

ketika tangan – tangan asing wartawan;

menarik,

mendorong,

memperlakukanmu seolah akan melumat habis dirimu

panas hati kami!

panas jiwa – jiwa kami, Ayah…

 

Nafas kami tercekat seakan terhenti sejenak

mata kami terbelalak, namun tetap airmata kami tahan

sengaja tak kami biarkan ia jatuh

tubuh kamu terkaku, namun tetap memaksa telinga kami mendengar jernih apa yang mereka tuduhkan kepadamu

 

Kasus suap…???

itukah yang mereka tuduhkan….?

habiskah akal mereka menuduhkan itu, kepadamu..??

 

Tidakkah mereka tahu,

detik mereka tidur terlelap menikmati waktu istirahatnya

kau justru baru memulai rapat kesekianmu untuk membersihkan korupsi, kolusi dan nepotisme yang mereka bilang, mereka benci?

 

Tidakkah mereka tahu,

ketika mereka asik bermimpi,

terlelap dalam mimpi indahnya;

mimpi tentang Negara Republik Indonesia yang bersih, jauh dari kenistaan dan kemarukan petinggi – petingginya,

kala itu kau bekerja keras, untuk membuat semua itu terjadi

menjadikan itu tidak hanya sebatas mimpi,

menjadikan mimpi menjadi realiti,

kenyataan.

 

Tidakkah mereka tahu,

ketika kata jihad masih sebuah teori bagi mereka,

hanya sebatas angan semata

kau sudah jauh habiskan waktumu,

jiwamu,

fikiranmu,

hartamu, untuk itu.

 

Ketika jihad masih menjadi cita – cita bagi kami,

kau seakan jauh,

jauuuuuuuuh telah meninggalkan kami.

 

Tidakkah mereka tahu,

ketika mereka menggerutu atas kelelahan mereka

mengeluh atas kesibukan dunia mereka

engkau, Ayah

ayah kami ini

dengan senyuman hangat dan setengah mata menahan lelahnya

membukakan pintu rumahnya,

menerima setiap gerutu tamunya,

kekhawatiran tamunya,

keluh kesahnya,

kebutuhannya,

kemudian memberikan solusi

tanpa sedikitpun,

tanpa sejenak saja ia menoleh kepada istirahatnya,

kepada hak tubuhnya.

 

Sekarang mereka tuduhkan itu (semua) kepadamu, Ayah?

tidakkah telinga kami salah mendengar?

 

Jangan, Ayah..

jangan ragu memanggil kami, Ayah…

bawa jiwa raga kami bersaksi atas jihadmu yang nyata

karena tak secuilpun hati kami percaya kepada mereka,

apa tuduhan mereka,

apa fitnah mereka, Ayah..

takkan pernah kami percaya!

takkan pernah!

 

Kami tidak akan diam menangisimu, Ayah

kami akan tetap melangkah,

melanjutkan langkah jihadmu,

tak peduli sekerdil apapun kami.

kami tidak akan malu dan menundukkan kepala kami, Ayah

kami akan buktikan, bahwa semangat kami tak kalah dari semangatmu.

akan kami tunjukkan,

akan kami renggut kembali engkau, kembali ke langkah jihadmu, Ayah.

 

Jangan engkau khawatirkan kami, Ayah

karena sebagaimana Allah bersamamu,

Ia juga bersama langkah – langkah kami.

 

Do’a kami selalu untukmu, Ayah

tetaplah tenang dan tersenyum di sana

tetaplah pancarkan tatapan penuh semangatmu,

penghidup semangat tinggi kami.

 

Tetaplah tersenyum, Ayah

hingga kau kembali, ke dekapan kami…

 
* Karya: Putra-Putri Luthfi Hasan Ishaaq di Semarang dalam Milad PKS April 2013

3 thoughts on “Puisi – Sang Penyemangat Jihad | Karya Putra-Putri Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq

Comment :